R.Agung Budi Laksono,S.Pd.,M.Pd
PEMBINA TK.I – IV/b
NIP.19680711 200604 1 008
Selama bertahun-tahun, pembelajaran di Indonesia cenderung menekankan pada penyeragaman. Namun, hasil Asesmen Nasional menunjukkan bahwa capaian literasi, numerasi, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi masih rendah, terutama pada jenjang sekolah dasar (Pusmendik, 2024). Kondisi ini menuntut pendekatan pembelajaran yang tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga transformatif dan personal. Oleh karena itu, paradigma student-centered learning menjadi sangat penting untuk diadopsi secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, pembelajaran berdiferensiasi berbasis deep learning menjadi strategi utama untuk menjawab tantangan pendidikan abad ke-21. Pendekatan ini berpijak pada tiga fondasi utama: mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning (Mu’ti, 2025).
Mindful learning menekankan pentingnya kesadaran penuh dalam proses belajar. Peserta didik diajak untuk hadir secara utuh dalam setiap aktivitas pembelajaran, mengelola fokus dan emosi mereka dengan baik.
Meaningful learning mengutamakan keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Materi pembelajaran disajikan secara kontekstual, sehingga peserta didik dapat memahami relevansi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari (Sanjaya, 2023).
Sementara itu, joyful learning menjadikan proses belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan penuh emosi positif. Peserta didik tidak hanya menerima pengetahuan, tetapi juga merasa bahagia dan termotivasi dalam prosesnya (Susanti, 2025). Sayangnya, di banyak sekolah, pembelajaran masih dilakukan secara seragam dan kurang memperhatikan keragaman gaya belajar peserta didik. Hal ini kerap menimbulkan kebosanan dan kehilangan makna belajar yang sejati, padahal pendidikan merupakan fondasi utama dalam membentuk karakter dan kecakapan hidup suatu bangsa.
Dalam era global yang terus berubah, pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tuntutan untuk bersifat adaptif dan transformatif. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang mendalam dan bermakna (deep learning) menjadi kebutuhan mendesak.
Tahun 2025 menjadi titik krusial dalam transformasi pendidikan nasional dengan diluncurkannya Kurikulum Nasional 2025. Kurikulum ini menekankan pada penguatan karakter, kemampuan berpikir kritis, dan penguasaan kompetensi abad ke-21 (Kemendikbud Ristek, 2025). Kurikulum ini merupakan respons terhadap tantangan zaman, termasuk disrupsi teknologi dan kompleksitas sosial global.
Implementasi pembelajaran mendalam (deep learning) melalui pendekatan mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning merupakan bentuk pembelajaran yang tidak hanya teknis dan efisien, tetapi juga berdampak positif bagi peserta didik dan lingkungan belajarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar diartikan sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, serta berlatih dan meniru. Pengertian ini menegaskan bahwa belajar adalah proses aktif yang dilakukan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang sebelumnya belum dimiliki (Kemdikbud, 2023). Definisi ini sangat relevan dalam konteks pendidikan dasar, karena menunjukkan bahwa belajar bukanlah hasil instan, melainkan rangkaian usaha yang berkelanjutan.
Secara etimologis, kata “belajar” berasal dari akar kata “ajar” yang berarti petunjuk, bimbingan, atau pengarahan. Dalam bahasa kuno, “ajar” juga mengandung makna wewarah atau wejangan yang sarat akan nilai dan kebijaksanaan.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memang tidak secara eksplisit mendefinisikan istilah “pembelajaran,” namun menyiratkan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan (Kemendikbud, 2024).
Dalam kurikulum nasional terbaru, belajar dipahami sebagai proses membentuk Profil Pelajar Pancasila, yaitu peserta didik yang beriman, berkebinekaan global, mandiri, bernalar kritis, kreatif, dan bergotong royong (Kemendikbud, 2024).
Kesimpulan:
Seorang guru harus selalu siap menghadapi transformasi dalam dunia pendidikan. Mengadopsi pendekatan yang mendalam, sadar, bermakna, dan menyenangkan adalah kunci untuk menjawab tantangan zaman dan membentuk generasi unggul.
Keyword: If You Don’t Learn, You Don’t Change. If You Don’t Change, You Die.