Jumat, 13 Sep 2024
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Studi Tiru, SMAN 13 Semarang di SMAN 1 Pegandon

SMAN 13 Semarang melaksanakan studi tiru ke SMAN 1 Pegandon yang merupakan Sekolah Penggerak angkatan 1 pada Kamis, 16 Mei 2024. Tujuan dari agenda sekolah ini adalah untuk belajar mengenai pengelolaan sekolah dalam menjalankan Kurikulum Merdeka, betukar pengalaman, berbagi praktik baik dan saling menginspirasi antar sekolah terutama kepada SMAN 1 Pegandon yang telah melaksanakan Kurikulum Merdeka selama 3 tahun. Kedatangan SMAN 13 Semarang disambut penampilan gamelan dari Wahyu Siswo Budoyo dari siswa SMAN 1 Pegandon.

Kepala Sekolah SMAN 1 Pegandon, Nurhadi, S.Pd., M.Pd. dalam sambutannya berterimakasih atas kesempatan SMAN 13 Semarang yang mau melaksanakan studi tiru di SMAN 1 Pegandon. Dalam penjelasannya SMAN 1 Pegandon akan selesai masa pelaksanaan Program Sekolah Penggerak pada akhir tahun ajaran 2024. Bapak Nurhadi dalam sambutannya, studi tiru ini dianggap sebagai komunitas belajar antar sekolah. Dalam pandangannya, sekolah penggerak angkatan 1 memiliki banyak dinamika seperti adanya miskonsepsi pada beberapa hal terkait jalannya kurikulum merdeka. Baru pada tahun kedua mulai terlihat alur dari kurikulum merdeka.

Lebih jauh, Nurhadi, S.Pd., M.Pd. menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik Sekolah Penggerak, yaitu

  1. Penyederhanaan konten, fokus pada materi esensi
  2. Pembelajaran berbasis projek yang kolaboratif, aplikatif, dan lintas mapel
  3. Rumusan CP dan pengaturan jam pelajaran yang memberi fleksibilitas untuk merancang KOSP

Bapak Rusmiyanto, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah SMAN 13 Semarang memberikan sambutan bahwa Sekolah Penggerak angkatan 3 tidak seberat seperti sekolah penggerak angkatan 1 yang dijalani SMAN 1 Pegandon. SMAN 13 Semarang berterimakasih dengan kehangatan yang dibawa ketika menyambut kedatangan SMAN 1 Pegandon dan terbuka untuk kerjasama dengan SMAN 13 Semarang.

Acara inti dari studi tiru adalah sesi tanya jawab tentang pengelolaan sekolah berdasarkan Kurikulum Merdeka yang ada di SMAN 1 Pegandon. Khoirul Absor, S.Pd., M.Pd. selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum membuka sesi dengan menjelaskan secara singkat perjalanan SMAN 1 Pegandon dalam melaksanakan program sekolah penggerak angkatan 1. Ibu Istiana bertanya mengenai bagaimana pandangan SMAN 1 Pegandon tentang perbedaan pandangan terkait KKM dan KKTP yang saat ini digunakan di Kurikulum Merdeka, apakah diperbolehkan tetap digunakan, serta bagaimana pelaksanaan Projek P5 di SMAN 1 Pegandon.

Bapak Nurhadi menjawab bahwa penerapan KKTP seharusnya antar kelas berbeda besarannya mengingat input siswa yang berbeda – beda. Tentu penerapan KKTP harus diawali dilaksanakan asesmen diagnostik kognitif dan non kognitif agar KKTP yang digunakan sesuai. Maka diperlukan peran BK untuk pelaksanaan asesmen diagnostik non kognitif dan guru melaksanakan asesmen diagnostik kognitif. Penentuan KKTP dianjurkan disusun H-7 sebelum pelaksanaan pembelajaran mengingat kognitif siswa terhadap materi sangat mungkin berubah. Sedangkan pada pelaksanaan Projek P5 di SMAN 1 Pegandon menggunakan sistem blok dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Ibu Ifa menanyakan mengenai bagaimana meningkatkan semangat siswa dalam pelaksanaan Projek P5 pada sistem blok. Ibu Ifa berpandangan bahwa semangat siswa naik turun dalam menjalankan Projek P5 menggunakan sistem blok. Semangat siswa mulai naik ketika akan melaksanakan gelar karya. Selain itu Ibu Ifa juga bertanya terkait modul ajar interaktif untuk kolaborasi mapel. Terakhir, Ibu Ifa bertanya tentang pelaksanaan Komunitas Belajar di SMAN 1 Pegandon apakah menggunakan permapel atau perrumpun serta apakah bisa dibiayai oleh Boskin Sekolah Penggerak.

Khoirul Absor, S.Pd., M.Pd. selaku wakil kepala sekolah bidang kurikulum menjelaskan bahwa semangat naik turun siswa dalam menjalankan Projek P5 adalah sebuah hal yang wajar. Di SMAN 1 Pegandon juga mengalami hal serupa yang dialami oleh SMAN 13 Semarang. Setelah itu, Khoirul Absor, S.Pd., M.Pd memperlihatkan pelaksanaan Projek P5 yang ada di SMAN 1 Pegandon menggunakan bahan yang tersedia di sekitar SMAN 1 Pegandon. Nurhadi, S.Pd., M.Pd. menjelaskan bahwa pelaksanaan Projek P5 disesuaikan dengan asesmen awal sebelum projek serta elemen yang ingin dicapai. Proses pemahaman tentang alur projek sangat penting untuk memahami hingga akhir potensi anak dan potensi daerah yang dapat menunjang Projek P5. Terkait projek kolaborasi antar mapel, Bapak Nurhadi mengajak agar guru dapat memanfaatkan projek kolaborasi agar penilaian lebih ringkas dan mendapat beberapa nilai sekaligus pada beberapa mapel. Untuk pelaksanaan Komunitas Belajar, SMAN 1 Pegandon mengambil hari Jum’at pada jam setelah sholat Jum’at.

Bapak Ardiansyah bertanya mengenai pengelolaan pelatihan mandiri PMM dan sejauh mana digitalisasi pembelajaran di SMAN 1 Pegandon. Bapak Nurhadi menjelaskan untuk pengelolaan pelatihan mandiri dilaksanakan secara kolektif dengan dibentuk tim kecil membantu guru – guru dalam mengerjakan pelatihan mandiri. Mengenai digitalisasi pembelajaran, SMAN 1 Pegandon mendatangkan pihak luar untuk melaksanakan pelatihan pembelajaran digital yang didampingi oleh Guru Penggerak di SMAN 1 Pegandon.

Ibu Wulan bertanya terkait bagaimana ploting kelas peminatan pada kelas XI di SMAN 1 Pegandon serta bagaimana penanganan siswa bermasalah di SMAN 1 Pegandon. Bapak Nurhadi menjelaskan bahwa dalam pengkelasan di kelas XI diperlukan peran BK untuk pendampingan pemilihan kelas. Hal – hal yang perlu diperhatikan diantaranya tes bakat minat, nilai kognitif siswa yang disesuaikan dengan keinginan, minat kuliah, jurusan kuliah, jurusan kerja, dan persetujuan orang tua. Mengenai penanganan siswa yang bermasalah sekolah perlu bekerja keras memotivasi siswa. Apabila diperlukan dilakukan kerjasama antara orang tua dan pihak luar. Hal yang terpenting adalah menjaga nama baik sekolah dan wibawa sekolah. Studi tiru ditutup dengan penyerahan plakat dari masing – masing sekolah serta cendera mata dari SMAN 1 Pegandon ke SMAN 13 Semarang.

Dokumentasi

Post Terkait

0 Komentar

KELUAR