Kerajaan Sriwijaya merupakan simbol kerajaan maritim Indonesia yang berjaya pada 8 M dan 9 M. Kerajaan ini mampu menguasai wilayah perairan Nusantara bahkan hingga ke luar wilayah Nusantara. Perlu diketahui kerajaan Sriwijaya memiliki hubungan erat dengan Jawa sebab silsilah raja – rajanya banyak yang berasal dari Jawa. Kebesaran Sriwijaya dianggap mampu mengimbangi Kerajaan Majapahit yang ada di timur.
Nama Sriwijaya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu ‘Sri‘ yang berarti cahaya dan ‘Wijaya‘ yang berarti kemenangan. Arti Sriwijaya dapat diartaikan sebagai kemenangan yang gemilang. Berdasarkan isi dari prasasati Kota Kapur, Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad ke 7 M yang didirikan oleh Dapuntahyang Sri Jayanasa. Kisah pendirian Kerajaan Sriwijaya termasuk sebagai yang sulit dipecahkan dikarenakan sumber yang tersedia tidak menjelaskan struktur genealogis yang rapi anta raja – raja Sriwijaya.
Pada Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuo menjelaskan bahwa Dapunta Hyang adalah raja pertama dari Kerajaan Sriwijaya. Pada Prasasti Kedukan Bukit menjelaskan bahwa Dapunta Hyang melakukan perjalanan dengan 20 ribu tentara dari Minanga Tawan ke Palembang, Jambi, dan Bengkulu. Pada perjalanan tersebut, Dapunta Hyang mampu menaklukkan daerah – daerah strategis untuk perdagangan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur dari Pulau Bangka menjelaskan bahwa Sriwijaya diperkirakan telah menguasai Sumatera bagian selatan, Bangka, Belitung hingga Lampung. Bahkan diperkirakan Sri Jayanasa juga melakukan percobaan ekspedisi militer ke Jawa yang dianggap tidak berbakti kepada Sriwijaya. Peristiwa ini bersamaan dengan keruntuhan Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kalingga yang diperkirakan runtuh akibat serangan Sriwijaya.
G. Coedes pada tahun 1918 berpendapat bahwa wilayah Kerajaan Sriwijaya berpusat di Palembang. Beberapa ahli berkesimpulan bahwa Kerajaan Sriwijaya berpindah – pindah pusat kerajaannya yang diperkirakan dari Kedah, berpindah ke Muara Takus hingga ke Jambi.
Struktur genealogis Sriwijaya banyak terputus dan penulisannya tidak teratur. Berikut ini adalah silsilah yang disepakati mengenai susunan raja – raja Sriwijaya setelah kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Kerajaan Sriwijaya mencapai masa puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balapuntradewa pada abad ke 8 M dan 9 M. Pada dasarnya, Kerajaan Sriwijaya mengalami masa gemilang hingga masa pemerintaha Sri Marawijaya. Hal ini didasarkan pada Kerajaan Sriwijaya yang disibukkan dengan perang melawan Jawa pada tahun 922 M dan 1016 M. Dilanjutkan melawan Kerajaan Cola (India) pada tahun 1017 hingga 1025 M hingga raja Sri Sanggramawijaya berhasil ditawan.
Pada masa kejayaannya, wilayah Sriwijaya mampu menguasai jalur perdagangan Selat Malaka. Selain itu wilayah kekuasaannya mampu diperluas hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan. Guna mengamankan wilayah laut, Sriwijaya membangun aramada laut yang kuat sehingga kapal asing yang ingin berdagang merasa aman. Sriwijaya kemudian berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat di masanya.
Sekitar abad ke 11 M kerajaan Sriwijaya sudah mengalami kemunduran. Kerajaan Cola yang dipimpin oleh Raja Rajendra Coladewa berhasil menawan raja Sriwijaya. Pada abad ke 13 M, Kerajaan Singasari dari Jawa mampu mengalahkan kerajaan Malayu yang sebelumnya berada di bawah kekuasaanya Sriwijaya melalui ekspedisi Pamalayu. Disisi lain Sriwijaya semakin lama semakin lemah dikarenakan persaingan dengan kerajaan – kerajaan dari Jawa. Hingga lemahnya Sriwijaya dimanfaatkan oleh Kerajaan Sukhodaya dari Thailand dengan merebut wilayah Semenanjung Malaysia dan Selat Malaka. Pada akhir abad ke 14 M, Sriwijaya benar – benar runtuh atas serangan Majapahit.
Berikut adalah faktor runtuhnya Kerajaan Sriwijaya
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang. Prasasti ini terdapat angka 686 M yang ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta. Isi dari prasasti ini adalah mengenai Dapunta Hyang yang menaiki perahu dan mengisahkan mengenai kemenangan Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur ditemukan di Pulau Bangka sebelah barat yang berisi kutukan kepada orang yang berani melanggar perintah Raja Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu ditemukan di Kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang. Prasasti ini berisi tentang kutukan orang – orang jahat yang berada di wilayah kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Merangin, jambi. Prasasti ini berisi mengenai kutukan kepada orang – orang yang tidak setia kepada raja Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Palas Pasemah ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan. Prasasti ini beraksasra Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Isi dari prasasti ini adalah kutukan kepada orang – orang jahat yang tidak setia terhadap Sriwijaya.
Prasasti Talang Tuo ditemukan berisi doa Buddha Mahayana dan kisah pembangunan taman dari Sri Jayanasa.
Prasasti Hujung Langit ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung. Pada prasasti ini tertera angka tahun 997 M.
Prasasti Ligor ditemukan di Thailand bagian selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Prasasti ini berisi mengenai kisah raja Sriwijaya yang membangun Tisamaya Caitya untuk Karaja.
Prasasti Leiden berbentuk lempengan tembaga dengan bahasa Sansekerta serta bahasa Tamil. Isi dari prasasti ini adalah mengenai hubungan dinasti Cola terhadap dinasti Syailendra dari Sriwijaya.
candi Muara Takus ditemukan di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi Muara Takus memiliki corak Buddha dengan beberapa susunan stupa yang ada pada candi ini. Pada halaman candi terdapat beberapa candi dengan nama Candi Bungsu, Candi Sulung, Stupa Palangka dan Stupa Mahligai.