Selasa, 10 Sep 2024
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Sejarah Kerajaan Kutai

Pendiri Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai terletak di Sungai Muara Kaman, Kalimantan Timur yang berdiri pada tahun 400 Masehi. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua yang menjadi cikal bakal kerajaan – kerajaan Hindu Buddha di Indonesia. Sumber sejarah Kerajaan Kutai adalah prasasti Yupa yang berbahasa sansekerta dan berhuruf pallawa.

Dari Yupa yang ditemukan kemudian muncul nama Kudungga sebagai pendiri Kerajaan Kutai. Menurut para ahli sejarah, nama Kudungga dianggap sebagai nama asli Indonesia sebelum mendapatkan pengaruh bahasa India. Sedangkan keturunannya, Mulawarman dan Aswawarman diduga mendapatkan pengaruh nama dari budaya Hindu dari India. Kata “warman” pada penamaan raja – raja di Kutai merupakan nama yang banyak disebut bagi masyarakat India bagian selatan.

Prasasti Yupa juga menyebutkan nama – nama raja yang memerintah Kutai. Berikut adalah 20 daftar nama raja – raja Kutai :

  1. Maharaja Kudungga, bergelar Anumerta Dewawarman (sebagai pendiri)
  2. Maharaja Aswawarman (anak dari Raja Kudungga)
  3. Maharaja Mulawarman (sebagai raja yang terkenal)
  4. Maharaja Marawijaya Warman
  5. Maharaja Gajayana Warman
  6. Maharaja Tungga Warman
  7. Maharaja Jayanaga Warman
  8. Maharaja Nalasinga Warman
  9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
  10. Maharaja Indra Warman Dewa
  11. Maharaja Sangga Warman Dewa
  12. Maharaja Candrawarman
  13. Maharaja Sri Langka Dewa
  14. Maharaja Guna Parana Dewa
  15. Maharaja Wijaya Warman
  16. Maharaja Sri Aji Dewa
  17. Maharaja Mulia Putera
  18. Maharaja Nala Pandita
  19. Maharaja Indra Paruta Dewa
  20. Maharaja Dharma Setia

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Kutai mencapai masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman seperti yang tertulis pada Yupa. Dijelaskan bahwa Mulawarman telah melakukan upacara pengorbanan emas dengan jumlah yang sangat banyak. Emas tersebut dibagikan kepada rakyatnya dan dijadikan persembahan kepada para dewa.

Kutai dari Berbagai Aspek

Aspek Sosial

Pada masa pemerintahan Kudungga, kerajaan Kutai mengalami masa peralihan dari bentuk kesukuan ke bentuk negara. Kehidupan sosial pada masa kerajaan ditandai dengan adanya golongan terdirik yang mampu menggunakan bahasa sansekerta dan aksara pallawa. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya upacara pemberkatan bagi pemeluk agama Hindu. Para brahmana Kutai dianggap memiliki intelektual tinggi dikarenakan sulitnya penguasaan bahasa ini.

Aspek Politik

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ditandai dengan keadaan politik yang stabil. Hal ini didasarkan pada Prasasti Yupa yang menyebutkan raja Mulawarman dikatakan menjadi raja yang berkuasa, kuat dan bijaksana.

Aspek Ekonomi

Dengan letaknya yang strategis yaitu berada di dekat Sungai Mahakam, membuat tanah Kerajaan dalam keadaan subur dan sangat cocok untuk bercocok tanam. Mata pencaharian masyarakat Kutai adalah petani, peternak dan pedagang. Hal ini dibuktikan dengan peninggalan tertulis Yupa yang menyebutkan bahwa Mulawarman pernah memberikan 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Selain itu, Kerajaan Kutai juga menerapkan pajak pada pedagang dari daerah lain yang berdagang di wilayah Kerajaan Kutai. Pajak ini biasanya berupa barang yang mahal atau upeti.

Aspek Agama

Kerajaan Kutai memiliki sejarah yang kuat akan kepercayaan animisme dan dinamisme serta Hindu sebagai agama pendatang. Terbukti pada peninggalan Yupa yang dianggap sebagai peninggalan masa megalitikum, menhir dan punden berundak. Diyakini bahwa rakyat Kutai dibebaskan untuk beragama walaupun kerajaan menganut ajaran agama Hindu siwa yang bercampur brahmana.

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Masa kejayaan Kutai tidak berlangsung lama, setelah meninggalnya Raja Mulawarman, Kutai mengalami banyak pergantian pemimpin hingga mengalami keruntuhan pada masa pemerintahan Raja Dharma Setia pada abad ke 13 M. Raja Dharma Setia tewas di tangan penguasa Kerajaan Kutai Kertanegara yaitu Pangeran Anum Panji Mandapa.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Kutai meninggalkan sumber sejarah berupa Yupa yang berjumlah tujuh buah dengan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Yupa banyak memberikan informasi terkait keluarga kerajaan dan aspek sosial, agama, dan ekonomi. Yupa berbentuk tugu batu dengan tinggi kurang lebih 1 meter yang tertanam di tanah.

KELUAR