Kamis, 28 Nov 2024
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Periodisasi Masa Praaksasra Berdasarkan Hasil Kebudayaan

Berdasarkan hasil kebudayaan atau dapat disebut berdasarkan arkeologi, masa praaksara terbagi menjadi empat masa yaitu paleolithikum, mesolithikum, neolithikum dan megalithikum. Berikut adalah penjelasannya :

1. Paleolithikum (Zaman Batu Tua) – Masa Berburu dan Meramu Tingkat Awal

Paleolithikum berasal dari kata paleo yang berarti tua dan lithik yang berarti batu. Paleolithikum dapat diartikan sebagai zaman batu tua. Masa ini diperkirakan terjadi pada 50.000 hingga 10.000 SM.

Ciri – Ciri Masa Paleolithikum

  • Menggunakan alat – alat dari batu, tulang dan kayu
  • Batu yang digunakan masih kasar dan sederhana
  • Hidup secara nomaden atau berpindah – pindah dengan kelompok kecil
  • Hidup bergantung pada alam dan melakukan perburuan di sekitar sungai

Pada masa ini manusia purba bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering). Untuk berlindung dari hewan buas mereka tinggal di dalam gua.

Manusia Purba Pendukung Masa Paleolithikum

Hasil Kebudayaan Paleolithikum

Berdasarkan tempat penemuannya, peninggalan masa Paleolithikum dikelompokkan menjadi :

a. Kebudayaan Pacitan

Pada tahun 1935 Von Koenigswald menemukan benda – benda peninggalan masa Paleolithikum berupa kapak genggam dan alat serpih yang masih kasar di Pacitan. Selain Pacitan ada juga yang ditemukan di Progo dan Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat) dan Lahat (Sumatera Utara). Berikut adalah peninggalannya :

  • Kapak genggam (chopper): digunakan sebagai alat penetak / pemotong. Bentuk alat ini tidak memiliki tangkai dan diperkirakan merupakan tinggalan dari Meganthropus.
  • Kapak perimbas digunakan untuk merimbas kayu, memahat tulang dan sebagai senjata, alat ini diperkirakan digunakan oleh Pithecanthropus.

b. Kebudayaan Ngandong

Benda – benda seperti alat penusuk, belati dan mata tombak ditemukan di Ngandong, Ngawi, Jawa Timur. Berikut adalah fungsinya :

  • Alat dari tulang : digunakan sebagai alat penusuk/belati, ujung tombak bergerigi, digunakan untuk mengorek ubi dan keladi serta menombak ikan.
  • Flakes : berbentuk alat kecil dari serpihan batu (Chalcedon) yang difungsikan sebagai alat pengupas makanan, berburu, menangkap ikan serta mengumpulkan ubi dan buah – buahan.

2. Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) – Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Masa Mesolitikum dapat diartikan sebagai zaman batu tengah. Masa ini ditandai dengan peralatan berburu dan meramu yang semakin maju. Manusia pendukung dari masa ini adalah Papua-Melanesoid.

Ciri – Ciri Masa Mesolithikum

  • Hidup semi menetap di gua – gua (Abris Sous Roche)
  • Sudah mengenal pembagian tugas
  • Mulai mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme masa awal
  • Batu yang digunakan sudah mengalami penghalusan di sisi – sisinya

Hasil Budaya Masa Mesolithikum

  • Abris Sous Roche merupakan gua yang digunakan tinggal oleh manusia purba. Pada gua tersebut banyak ditemukan alat – alat praaksara seperti peralatan dari tulang dan tanduk (seperti yang ditemukan di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo, Jawa Timur). Abris Sous Roche ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan. Terdapat beberapa gua yang menunjukkan telapak tangan manusia sebagai bukti sudah adanya kepercayaan pada masa tersebut.
  • Kjokkenmoddinger merupakan sampah dapur berupa tumpukan kerang. Kjokkenmoddinger banyak ditemukan di sepanjang pantai di timur Sumatera. Pada gundukan Kjokkenmoddinger juga banyak ditemukan peeble, kapak genggam, dan pipisan. Pipisan adalah alat penggilingan untuk menghaluskan makanan dan menghaluskan cat yang berasal dari tanah merah. Fungsi tanah merah ini adalah untuk melakukan upacara agama dan ilmu sihir.

3. Neolithikum (Zaman Batu Baru) – Masa Bercocok Tanam

Masa neolithikum disebut sebagai masa batu baru atau batu muda. Manusia pendukung masa ini adalah Homo Sapiens, ras mongoloid dan austramelanesoid. Berikut adalah ciri – cirinya :

Ciri – Ciri Masa Neolithikum

  • Hidup mulai menetap
  • Sudah mengenal cara bercocok tanam namun masih melakukan perburuan
  • Alat – alat hasil kebudayaan banyak dipergunakan untuk bercocok tanam

Hasil Kebudayaan Neolithikum

  • Kapak lonjong berbentuk batu lonjong diperkirakan memiliki tangkai. Alat ini digunakan untuk menebang pohon. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Indonesia bagian timur (Minahasa dan Papua)
  • Kapak persegi berbentuk persegi dengan fungsi yang sama dengan cangkul untuk kegiatan persawahan. Untuk yang ukurannya yang besar, kapak persegi sering disebut beliung atau pacul, sedangkan yang berukuran kecil bernama tarah (tatah) berfungsi untuk mengerjakan kayu. Wilayah penemuan dari kapak persegi adalah Indonesia bagian barat seperti Jawa, Sumatera dan Bali.
  • Mata panah dan mata tombak terbuat dari batu yang diasah kedua sisinya untuk berburu. Mata panah banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
  • Perhiasan dari batu yang ditemukan di Jawa
  • Alat pemukul kulit kayu
  • Pakaian dari kulit
  • Tembikar

4. Megalithikum (Zaman Batu Besar)

Megalithikum dapat diartikan sebagai zaman batu besar. Zaman ini diperkirakan berkembang dari akhir masa Neolithikum hingga zaman logam. Zaman Megalithikum diperkirakan terjadi pada 2500-1500 SM. Di Indonesia sendiri zaman Megalithikum tua dibawa oleh proto melayu membawa kebudayaan kapak persegi dengan peninggalan seperti menhir, punden berundak, dan arca batu. Sedangkan Megalithikum muda dibawa oleh deutero melayu yang membawa kebudayaan dongson dengan peninggalan seperti peti kubur batu, dolmen, waruga dan sarkofagus. Berikut adalah ciri – cirinya

Ciri – Ciri Zaman Megalithikum

  • Hasil budaya berupa benda benda batu berukuran besar
  • Menggunakan berbagai macam bangunan dari batu untuk kepentingan upacara keagamaan

Hasil Kebudayaan Megalithikum

  • Menhir adalah bangunan berupa tiang batu seperti tugu dengan fungsi sebaai tempat pemujaan roh nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi Tengah
  • Punden Berundak adalah bangunan bertingkat dengan fungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang. Pada punden berundak tiap tingkatannya memiliki arti masing – masing. Semakin keatas maka semakin sakral. Punden berundak banyak ditemukan di Lebak Sibedug, Banten Selatan.
  • Dolmen adalah meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji untuk roh nenek moyang. Dolmen ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dibawah dolmen sering ditemukan kubur batu untuk meletakkan mayat.
  • Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup. Selain ditemukan tulang pada sarkofagus juga ditemukan periuk, beliung persegi, perhiasan dari perunggu dan besi. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali.
  • Waruga adalah kubur batu khas minahasa berupa batu yang berbentuk kotak dengan batu segitiga sebagai penutup bagian atas layaknya rumah.
  • Arca batu berbentuk binatang dan manusia. Arca batu banyak ditemukan di Pasemah (Sumatera Selatan), Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Zaman Logam (Zaman Perundagian)

Zaman logam tidak termasuk masa praaksara. Disebut zaman logam karena alat – alat yang digunakan adalah dari logam. Masa ini juga dinamakan zaman perundagian yaitu zaman dimana masyarakat sudah memiliki pekerjaan tertentu (undagi). Berikut adalah ciri – cirinya :

Ciri – Ciri Zaman Logam

  • Menggunakan peralatan dari bahan logam
  • Sudah terbentuk sistem kesukuan yang baik
  • Terdapat berbagai jenis pekerjaan terampil

Dalam pembuatan alat – alat dari logam pada masa zaman logam menggunakan cara cetakan batu (bivalve) dan cetakan lilin dan tanah liat (a cire perdue). Zaman logam terdiri dari 3 zaman yaitu zaman tembaga, zaman perunggu dan zaman besi.

Zaman Tembaga

Indonesia diperkirakan tidak terpengaruh kebudayan tembaga hingga sekarang dikarenakan tidak ditemukannya alat – alat peninggalan logam berbahan tembaga di Indonesia.

Zaman Perunggu

Terdapat banyak alat – alat berbahan perunggu yang ditemukan di Indonesia, diantaranya :

  • Candrasa berupa sejenis senjata yang banyak ditemukan di Bandung. Candrasa berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk keperluan upacara
  • Kapak Corong berbentuk seperti corong yang digunakan sebagai alat kebesaran dan upacara adat. Kapak Corong banyak ditemukan di Bali, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.
  • Nekara berbentuk dandang terbalik. Nekara berfungsi untuk upacara adat, memanggil hujan, dan sebagai genderang perang. Nekara banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Roti, Selayar dan Kepulauan Kei.
  • Moko berupa nekara berbentuk kecil yang berfungsi sebagai benda pusaka kepala suku. Benda ini diwariskan kepada anak laki – laki kepala suku dan sebagai mas kawin. Moko banyak ditemukan di Pulau Alor dan Manggarai (Flores)
  • Bejana Perunggu berbrnuk periuk namun langsing dan gepeng. Bejana perunggu ditemukan di Danau Kerinci dan Madura.
  • Arca perunggu berbentuk manusia dan binatang. Arca perunggu banyak ditemukan di Bangkinang (Riau), Palembang (Sulawesi Selatan) dan Limbangan (Bogor).

Zaman Besi

Di Indonesia hasil kebudayaan zaman besi diantaranya mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, cangkul dan sebagainya. Benda – benda tersebut banyak ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punug (Jawa Timur).

KELUAR