Rabu, 03 Des 2025
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Peradaban Kuno India (Sungai Indus dan Sungai Gangga)

India dikenal sebagai salah satu pusat peradaban besar di Asia Selatan. Bukti keberadaan peradaban kuno di wilayah ini sudah tercatat sejak sekitar tahun 2500 SM. Kehidupan masyarakat awal India berkembang di sepanjang aliran dua sungai utama, yaitu Sungai Indus dan Sungai Gangga. Kedua sungai tersebut tidak hanya menjadi sumber kehidupan, tetapi juga melahirkan kebudayaan, kepercayaan, serta sistem pemerintahan yang berpengaruh luas terhadap perjalanan sejarah India.

1. Peradaban Lembah Sungai Indus

a. Letak dan Kondisi Geografis

Sungai Indus, yang juga dikenal dengan nama Sindhu, berada di wilayah yang kini masuk ke dalam Pakistan. Sungai ini memiliki banyak anak sungai yang berhulu dari kawasan Punjab di bagian utara Pakistan. Aliran Sungai Indus mengarungi daratan Pakistan, menjadikan tanah-tanah di sekitarnya subur dan dipergunakan untuk pertanian. Sungai Indus bermuara di Laut Arab. Kondisi geografis tersebut menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya suatu peradaban besar.

b. Pendukung Kebudayaan

Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa penduduk asli peradaban ini adalah bangsa Dravida. Mereka memiliki ciri fisik berkulit gelap, berambut keriting, serta berhidung pesek. Hingga kini, keturunan bangsa Dravida masih dapat dijumpai di wilayah Dataran Tinggi Dekkan, India Selatan. Bangsa inilah yang pertama kali mengembangkan budaya di lembah subur Sungai Indus.

c. Pusat Kebudayaan: Mohenjodaro dan Harappa

Penelitian yang dilakukan oleh arkeolog Inggris, Sir John Marshall, menemukan keberadaan dua kota kuno di Lembah Sungai Indus yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Diperkirakan kedua kota ini berdiri sekitar tahun 3000 SM dan mengalami keruntuhan pada 1500 SM.

Kedua kota tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indus sudah memiliki peradaban tinggi. Tata kota diatur dengan rapi, dilengkapi kuil, pasar, lumbung, serta permukiman. Jalan-jalan dibuat lurus dan lebar, bahkan saluran pembuangan air bawah tanah sudah dikenal. Hal ini membuktikan bahwa mereka memiliki pengetahuan arsitektur dan teknik yang maju untuk ukuran zamannya.

Selain itu, ditemukan pula sejumlah artefak penting. Di Mohenjodaro terdapat arca pendeta berjanggut dengan pita di kepalanya serta patung penari dari perunggu. Sementara di Harappa, para arkeolog menemukan beberapa arca yang masih utuh dan dua torso tanpa kepala. Penemuan-penemuan ini menunjukkan tingginya seni pahat dan keterampilan logam yang dimiliki masyarakat Indus.

Kehidupan ekonomi pun sudah kompleks. Mereka mengenal teknologi perundagian—pembuatan peralatan logam seperti senjata dan perlengkapan rumah tangga. Tidak semua orang menguasai teknik ini, sehingga lahirlah sistem spesialisasi. Para pengrajin logam menghasilkan barang-barang tertentu yang kemudian ditukar dengan kebutuhan lain dalam sistem barter.

d. Pemerintahan di Masa Maurya

Setelah periode Indus, kekuasaan di India utara beralih ke Kerajaan Maurya. Candragupta Maurya, sebagai raja pertama, berhasil memperluas wilayah kekuasaan hingga mencakup Kashmir di barat dan Lembah Sungai Gangga di timur. Ia berjasa membebaskan India dari pengaruh pasukan Iskandar Zulkarnain.

Kejayaan Maurya mencapai puncaknya pada masa pemerintahan cucunya, Ashoka. Ashoka bukan hanya dikenal sebagai penguasa besar, melainkan juga sebagai penyebar agama Buddha. Pada masanya, Buddha dijadikan agama negara dan menyebar luas ke berbagai wilayah Asia. Namun, setelah wafatnya Ashoka, Kerajaan Maurya mulai melemah dan akhirnya terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Baru beberapa abad kemudian India kembali bersatu di bawah Kerajaan Gupta.

e. Sistem Kepercayaan

Masyarakat Lembah Sungai Indus dikenal dengan penyembahan terhadap Dewi Ibu, yang dianggap sebagai simbol kesuburan. Patung-patung Dewi Ibu dari tanah liat banyak ditemukan di lokasi penggalian. Kepercayaan ini erat kaitannya dengan kehidupan agraris mereka yang sangat bergantung pada kesuburan tanah.

f. Keruntuhan Peradaban

Sekitar tahun 1500 SM, peradaban Indus mengalami kehancuran. Faktor alam berupa banjir besar diperkirakan menjadi salah satu penyebab, disusul dengan serangan bangsa Arya dari Asia Tengah. Bangsa Dravida terdesak ke selatan, sementara bangsa Arya mulai menguasai wilayah subur di sekitar Sungai Gangga.

2. Peradaban Lembah Sungai Gangga

a. Letak dan Keistimewaan Sungai Gangga

Lembah Sungai Gangga terletak di antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Vindhya. Sungai ini memiliki anak sungai penting, Yamuna, dan di bagian timurnya bertemu dengan Sungai Brahmaputra yang berhulu di Pegunungan Kwen Lun. Kesuburan tanah di lembah ini menjadikannya pusat pertanian baru.

Bagi umat Hindu, Sungai Gangga tidak sekadar sumber kehidupan, melainkan juga sungai suci. Mereka percaya bahwa airnya dapat menyucikan diri dan menghapus dosa. Tradisi membuang abu dan tulang jenazah ke Sungai Gangga masih dilakukan hingga kini dengan harapan arwah yang meninggal dapat mencapai surga.

b. Pendukung Peradaban

Sekitar tahun 1500 SM, bangsa Arya memasuki India melalui Celah Khyber di Pegunungan Hindu Kush. Mereka berasal dari rumpun Indo-Jerman. Ciri fisik bangsa Arya sangat berbeda dengan Dravida yaitu berkulit putih, berbadan tinggi, dan berhidung mancung.

Awalnya, bangsa Arya adalah masyarakat petani. Setelah menaklukkan bangsa Dravida di Indus, mereka menetap di Gangga dan mengembangkan kehidupan agraris di daerah subur ini. Menariknya, bangsa Arya menyebut Dravida dengan istilah anasah (tidak berhidung) dan dasa (raksasa), sebuah bentuk stereotipe yang menandakan perbedaan budaya dan fisik di antara keduanya.

c. Kehidupan Sosial dan Keagamaan

Lembah Sungai Gangga menjadi tempat lahirnya dua agama besar dunia yaitu Hindu dan Buddha. Dalam ajaran Hindu, dikenal konsep Trimurti, yaitu tiga dewa utama: Brahma sang pencipta, Wisnu sang pemelihara, dan Syiva sang perusak. Selain Trimurti, ada banyak dewa-dewi lain yang dipuja, seperti Agni (dewa api), Indra (dewa perang), Saraswati (dewi ilmu), hingga Ganesha (dewa penolong).

Di sisi lain, agama Buddha muncul sebagai reaksi atas dominasi kaum Brahmana. Siddharta Gautama, seorang pangeran dari Kapilawastu, meninggalkan kehidupan istana untuk mencari jalan keluar dari penderitaan. Setelah mencapai pencerahan dan menjadi Sang Buddha, ajarannya menyebar luas. Kitab suci Buddha dikenal dengan nama Tripitaka, dan dalam perkembangannya agama ini terbagi menjadi dua aliran: Hinayana dan Mahayana.

d. Sistem Pemerintahan di Lembah Gangga

Setelah runtuhnya Kerajaan Maurya, India sempat terpecah dan dilanda konflik. Keadaan baru kembali stabil ketika berdirinya Kerajaan Gupta pada abad ke-4 M.

  • Kerajaan Gupta didirikan oleh Candragupta I. Puncak kejayaan dicapai pada masa Samudragupta, cucunya, yang berhasil menyatukan wilayah Indus dan Gangga. Pusat kerajaan berada di Ayodhya. Pada masa Candragupta II, kebudayaan dan kesusastraan berkembang pesat, dengan Kalidasa sebagai pujangga terkenal melalui karyanya Syakuntala.
  • Setelah Candragupta II wafat, kerajaan melemah, dan India kembali memasuki masa kegelapan hampir dua abad. Baru pada masa Raja Harshawardana (Kerajaan Harsha) India kembali bersinar. Harshawardana dikenal sebagai raja sekaligus pujangga besar, dengan Bana sebagai sastrawan terkemuka yang menulis Harshacarita.

3. Warisan Peradaban India Kuno

Dari Indus hingga Gangga, peradaban India kuno meninggalkan warisan penting bagi dunia. Sistem kota terencana, seni pahat, kepercayaan religius, hingga munculnya agama-agama besar seperti Hindu dan Buddha, menjadi tonggak penting dalam sejarah umat manusia. Perjalanan panjang dari bangsa Dravida ke bangsa Arya, dari Maurya hingga Gupta, memperlihatkan bagaimana India menjadi pusat perkembangan budaya dan spiritualitas di Asia Selatan.

KELUAR