Senin, 07 Jul 2025
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) adalah gerakan separatis yang menginginkan bertahannya negara federal serta melepaskan Maluku Selatan dari Negara Indonesia Timur (NIT) dan Republik Indonesia Serikat (RMS). RMS diproklamirkan pada 25 April 1950 dengan Ambon sebagai basis markas pusat.

Tokoh pemberontakan RMS adalah Dr. Christian Steven Soumokil. Pemberontakan RMS menjadi bagian dari pergolakan di Makassar sejak pemberontakan Andi Aziz pada awal 1950.

Latar Belakang Pemberontakan RMS

RMS berdiri ketika keadaan Indonesia sedang tidak menentu pasca Konferensi Meja Bundar. Masa peralihan ini menimbulkan gejolak di masyarakat ambon. Permasalahan bermula dari adanya pemikiran yang ingin melepaskan diri dari RI dan sebagian menginginkan bergabung dengan RI sehingga terjadi dualisme di Ambon. Disisi lain, kelompok federalis yang pro terhadap Belanda berorientasi untuk mendukung Belanda.

Pada tanggal 13 April 1950, Dr. Soumokil mengadakan rapat dengan berbegai pihak di Ambon. Selanjutnya, pada tanggal 23 April 1950, Dr. Soumokil menyelenggarakan rapat rahasia di Tulehu dengan hasil lahirnya gagasan Republik Maluku Selatan dan disepakati proklamasi Republik Maluku Selatan yang nantinya diikuti pemerintah daerah.

Menindaklanjuti hal tersebut, pada tanggal 25 April 1950 pemerintah Maluku Selatan melakukan proklamasi Republik Maluku Selatan dengan Dr. Soumokil sebagai presiden RMS. Sebagai pasukan keamanan, RMS diperkuat oleh pasukan KNIL dan pasukan Baret Hijau yang terlibat dalam pemberontakan Andi Aziz. Dr. Soumokil sendiri sebenarnya adalah eks pemberontak Andi Aziz yang berhasil kabur ke Maluku dan memindahkan pasukan KNIL ke Ambon. Pemberontakan Andi Aziz dan RMS memiliki kesamaan tujuan yakni ketidakpuasan terhadap proses kembalinya RIS ke NKRI.

Upaya Mengatasi Pemberontakan RMS

Usaha pertama yang dilakukan pemerintah pusat adalah mengirim Dr. Leimena untuk menyelesaikan pemberontakan RMS melalui jalan damai. Namun, upaya tersebut tidak berhasil sehingga mengharuskan dikirimkannya ekspedisi militer dibawah kepemimpinan A.E. Kawilarang.

Pada tanggal 14 Juli 1950, pasukan APRIS/TNI sampai di Pulau Laha, Pulau Buru. Dengan susah payah pasukan APRIS menduduki pos – pos penting di Pulau Buru untuk selanjutnya menuju Pulau Seram. Di Pulau Seram, APRIS mengalami kesulitan sehingga mengakibatkan banyak korban berjatuhan. Hal ini karena RMS memusatkan pasukannya di Pulau Seram. Setelah dapat menguasai Pulau Seram, APRIS mengarahkan serangan ke Ambon yang menjadi basis dari RMS. Pada tanggal 3 November 1950, Kota Ambon dapat dikuasai pasukan APRIS meski banyak menelan korban.

KELUAR