Rabu, 30 Jul 2025
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeninging) : Sejarah, Gerakan dan Keanggotaan

Perhimpunan Indonesia atau Indische Vereeninging (dalam bahasa Belanda) merupakan organisasi yang tidak hanya berdiri di Indonesia melainkan di negeri Belanda. Organisasi Perhimpunan Indonesia menjadi organisasi yang menaungi mahasiswa Indonesia serta orang – orang Belanda yang simpati terhadap nasib Hindia Belanda di negeri Belanda.

Sejarah Indische Vereeninging

Indische Vereeninging didirikan pada tahun 1908 yang dipelopori oleh Noto Soeroto dan Sutan Kasayongan. Pada awalnya Indische Vereeninging bergerak pada sosial budaya yang menaungi para pelajar Indonesia di negeri Belanda. Meskipun pada awalnya organisasi ini hanya sebuah perkumpulan sederhana, namun pendirian Indische Vereeninging memiliki arti penting, diantaranya :

  1. Indische Vereeniging menjadi pintu bagi keanggotaan seluruh pelajar mahasiswa Indonesia di Belanda
  2. Indische Vereeniging menjadi organisasi yang serius terhadap kepentingan tanah jajahan Hindia Belanda yang tergambar pada kedua Anggaran Dasar Indische Vereeninging yaitu “memajukan kepentingan-kepentingan bersama dari Indiers di negeri Belanda dan mengadakan hubungan dengan Hindia Belanda”.

Penerbitan Majalah “Hindia Poetra”

Perjuangan Indische Vereeninging diantaranya melalui penerbitan buletin “Hindia Poetra”. Ide ini dibawa oleh Suwardi yang menginginkan adanya publikasi tentang Hindia Belanda. Pada tahun 1916, buletin Hindia Poetra mulai diterbitkan secara berkala namun tidak ada unsur politik didalamnya. Dalam rangka menunjukkan nasionalismenya, majalah Hindia Poetra diubah menjadi Indonesia Merdeka.

Pada tanggal 14 April 1917, Indische Vereeninging melaksanakan pertemuan dengan partai politik lain seperti Sarekat Islam dan Budi Utomo di Belanda. Pembahasan mengenai politik tidak terhindarkan. Pada pertemuan ini, digunakan kata Indonesie (Indonesia) dan Indonesiers (orang Indonesia) oleh Soerjopoetro selama berlangsungnya rapat. Penggunaan kata Indonesia juga secara jelas diperlihatkan dalam majalah Hindia Poetra No 9 tahun 1917. Kata Indonesia kemudian menjadi sangat populer di kalangan mahasiswa untuk menggantikan kata Indie (Hindia) maupun Indiers (orang Hindia) yang sangat merendahkan Indonesia.

Oleh karena itu, pada tahun 1922, nama organisasi Indische Vereeninging diubah menjadi Indonesische Vereeninging. Secara umum, penggunaan kata Indonesia mulai dipakai tahun 1922 untuk menggantikan nama Hindia Belanda. Sejak perubahan nama tersebut, organisasi Indonesische Vereeninging semakin berhaluan politik dan untuk pertama kalinya Indonesische dimaknai secara politis.

Memaknai Istilah Indonesia

Setelah tahun 1922 Indische Vereeninging berganti nama menjadi Indonesische Vereeninging, organisasi ini pada 3 Februari 1925 berganti lagi dengan nama Perhimpunan Indonesia dibawah pimpinan Iwa Kusuma Sumantri. Tujuan penggantian nama tersebut adalah agar mempertegas prinsip dari organsasi. Terpilihnya Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua pada 1923 memperkuat haluan politik yang diambil Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1925, Perhimpunan Indonesia melakukan pemberontakan yang dikenal dengan nama manifesto politik. Adapun penggunaan nama Indonesia menjadi hal penting karena menunjukkan identitas bangsa, sebagai kepribadian bangsa, serta secara tegas menunjukkan tujuan ke arah kepentingan pembentukan nasional.

Asas Pokok Perhimpunan Indonesia

Sementara itu, dalam rapat umum 1923, organisasi ini menegaskan tiga asas pokok Perhimpunan Indonesia yaitu;
1. Indonesia menentukan nasib sendiri
2. Indonesia harus mengandalkan kekuatan dan kemauan sendiri
3. Untuk melawan pemerintah kolonial Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.

KELUAR