Selasa, 12 Agu 2025
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

15 Januari 1974, Peristiwa Malari

15 Januari 1974, Peristiwa Malari
15 Januari 1974, Peristiwa Malari

Pada tanggal 15 Januari 1974 muncul demonstrasi besar – besaran penolakan investasi asing yang berpotensi membuka celah korupsi di pemerintah Orde Baru. Peristiwa inilah yang dikemudian hari dikenal dengan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang dikenal sebagai “Peristiwa Malari”.

Latar belakang peristiwa Malari adalah adanya penolakan para mahasiswa terhadap investasi asing yang memberi peluang kepada pemerintah untuk melakukan praktek korupsi serta banjirnya produk Jepang di Indonesia. Ribuan mahasiswa yang dipimpin oleh Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Hariman Siregar, melakukan demontrasi di sejumlah tempat di Jakarta. Aksi long march dilakukan dari kampus UI di Salemba menuju Universitas Trisakti, Jakarta Barat.

Pengabaian segala bentuk tuntutan oleh pemerintah mendorong mahasiswa melakukan aksi turun ke jalan menuntut perubahan. Hariman Siregar dan para mahasiswa lain menentang kebijakan modal asing yang tidak berpihak kepada rakyat. Sayangnya aksi ini disusupi oleh pihak luar sehingga terjadi kerusuhan, kekerasan, dan penjarahan. Terdapat 11 orang meninggal, 160 kg emas hilang di toko perhiasan, 144 bangunan rusak, 187 sepeda motor dibakar, 300 orang luka luka, 775 orang ditahan dan 807 mobil terbakar.

Akibat aksi ini, Hariman Siregar dimasukkan ke penjara pada tanggal 23 Desember 1974 dan dituduh sebagai dalang dibalik peristiwa Malari. Selama masa tahanan, ayah dan anak kembarnya meninggal sedangkan istrinya menderita sakit.

Tuntutan Mahasiswa

Sejak munculnya kabar pemberlakuan Undang – Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pemerintah memberi kemudahan kepada para investor untuk menjalankan usaha di Indonesia tepat setelah Soeharto menjabat sebagai presiden. Para intelektual berpendapat dalam kebijakan tersebut tidak mempertimbangkan stabilitas alam dan hak asasi manusia dibalik investasi besar – besaran.

Berdasarkan permasalahan tersebut, mahasiswa dan pelajar memaklumatkan Apel Tritura 1974. Mereka menuntut penurunan harga bahan pokok, membubarkan lembaga asisten presiden (aspri), dan melakukan penegakan hukum terhadap para koruptor.

Kedatangan Perdana Menteri Jepang

Peristiwa Malari terjadi bertepatan dengan kedatangan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka ke Jakarta dalam rangka investasi Jepang ke Indonesia. Mahasiswa memiliki rencana untuk melakukan aksi massa pada 18 Januari 1974, menyambut Tanaka di Pangkalan Halim Perdanakusuma. Namun, karena dijaga ketat maka aksi tersebut pun gagal. PM Jepang tidak berangkat menggunakan mobil melainkan diantar Soeharto menggunakan helikopter dari Bina Graha ke pangkalan udara.

Sebagai gantinya, mahasiswa membakar sebuah patung menyerupai PM Jepang Kakuei Tanaka. Gerakan mahasiswa kemudian diarahkan menuju Istana Kepresidenan. Meski dibayangi aksi demontrasi, pertemuan antara Kakuei Tanaka dan Soeharto berjalan lancar. Prof. Aiko Kurasawa, sejarawan dan pemerhati pemerintahan Jepang-Indonesia menuturkan bahwa Tragedi Malari menjadi pelajaran bagi Jepang. Setelah peristiwa ini banyak kerjasama dalam bentuk pertukaran budaya antara Jepang dan Indonesia terabaikan. Meski demikian tidak ada perubahan dalam kebijakan investasi oleh pemerintah Orde Baru.

Sumber : https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/01/15/151630382/peristiwa-malari-pada-15-januari-1974-dan-tuntutan-mahasiswa-yang?page=all

KELUAR