Kata Mesopotamia berasal dari bahasa Yunani, yakni mesos (tengah) dan potamos (sungai), yang berarti wilayah di antara dua sungai. Letak dari peradaban Mesopotamia berada di antara Sungai Eufrat dan Tigris, yang menjadikannya salah satu pusat peradaban tertua di dunia. Sejarawan Herodotus menyebut kawasan ini sebagai tanah subur di antara dua sungai, tempat lahirnya kota-kota besar sekaligus pusat pemerintahan awal umat manusia.
Sebagian besar wilayah Mesopotamia berupa gurun, seperti Gurun Nafud dan Hamad. Keberadaan Sungai Eufrat dan Tigris telah memberikan kesuburan luar biasa bagi wilayah tersebut. Banjir musiman dari Sungai Eufrat dan Tigris membawa lumpur subur yang menjadikan tanah cocok untuk pertanian. Kondisi ini menarik bangsa Sumeria untuk bermigrasi dan mendirikan kota-kota penting seperti Ur, Uruk, Lagash, dan Nippur. Dari sinilah lahir sistem kota dan pemerintahan awal.
Sungai Eufrat memiliki panjang ±2.815 km dan Sungai Tigris ±2.045 km menciptakan daerah yang subur yang membentang dari Laut Tengah hingga Teluk Persia. Karena itulah wilayah ini dijuluki the fertile crescent atau “bulan sabit subur.” Akan tetapi, secara geografis Mesopotamia terbuka tanpa pelindung alami sehingga sering menjadi sasaran invasi bangsa asing. Untuk bertahan, masyarakat awal membangun benteng dengan parit-parit berair di sekelilingnya.
Peradaban Mesopotamia dihuni oleh berbagai bangsa yang silih berganti berkuasa. Masing-masing meninggalkan warisan penting yang memperkaya peradaban dunia.
Sekitar 5300 SM bangsa Sumeria menetap di Mesopotamia. Mereka dianggap sebagai perintis peradaban karena menciptakan sistem tulisan kuneiform dan membangun kota-kota besar. Periode awal Sumeria, yakni Uruk dan Jemdet Nasr, sudah mengenal struktur pemerintahan semi-kerajaan. Mereka memuja banyak dewa dan mendirikan kuil besar berbentuk ziggurat. Mesopotamia pada masa ini sesungguhnya identik dengan peradaban Sumeria. Namun sekitar 2350 SM, Sumeria ditaklukkan oleh bangsa Akkadia.
Raja Sargon Agung mendirikan kekaisaran pertama di Mesopotamia. Ia menaklukkan Sumeria, memperluas kekuasaan hingga Asyur, dan memperkenalkan sistem pos menggunakan lempengan – lempengan tanah liat. Meskipun secara politik menguasai, secara budaya terjadi akulturasi antara Sumeria dan Akkadia. Bahasa Akkadia menggantikan bahasa Sumeria, tetapi tulisan kuneiform tetap digunakan. Dinasti ini akhirnya runtuh sekitar 2115 SM akibat serangan bangsa Guti.
Bangsa Guti menghancurkan Akkadia tetapi membiarkan kota-kota Sumeria tetap berkembang. Sekitar 2050 SM, Ur-Nammu dari Ur mengusir Guti dan menciptakan era Sumerian Renaissance (kelahiran kembali Sumeria). Ur-Nammu dikenal adil, membangun Ziggurat Agung Ur, serta menulis hukum tertulis pertama di dunia, yakni Kode Ur-Nammu. Namun kejayaan ini singkat, karena bangsa Elam dan kemudian Amori menaklukkan Sumeria.
Bangsa Amori membangun Babilonia pada 1894 SM. Raja terbesar mereka, Hammurabbi, menyatukan hampir seluruh Mesopotamia dan menyusun hukum tertulis terkenal Codex Hammurabi berisi 285 pasal mencakup hukum pidana, perdata, hingga perdagangan. Setelah Hammurabbi, Babilon diserang bangsa Het dan Kassit. Kassit berkuasa sekitar 300 tahun sambil melestarikan hukum Hammurabbi.
Asyur awalnya takluk pada Akkadia, namun kemudian bangkit menjadi kerajaan kuat di utara. Kota Niniwe sebagai pusat dari Bangsa Asyur berkembang pesat dengan bangunan megah dan sistem irigasi maju. Puncak kejayaan dicapai pada masa Tiglathpileser III dan Sargon II. Raja Assurbanipal membangun perpustakaan besar di Niniwe yang menyimpan ribuan tablet tanah liat. Namun setelah ia wafat, Asyur melemah dan akhirnya ditaklukkan bangsa Khaldea.
Bangsa Khaldea menghidupkan kembali kejayaan Babilonia. Nebukadnezar II menjadi raja terbesar, menaklukkan Suriah, Fenisia, Mesir, dan Israel. Ia membangun jalan, jembatan, Menara Babel, serta Taman Gantung Babilonia yang menjadi salah satu keajaiban dunia. Namun setelah kematiannya, Babilonia melemah dan akhirnya direbut Persia di bawah Cyrus Agung pada 539 SM.
Cyrus Agung membagi wilayah kekaisaran ke dalam satrapi dan memperluas kekuasaan hingga Asia Kecil. Raja Darius I membangun jalan raya sepanjang 2.400 km dan istana megah Persepolis. Namun Persia kalah dari Yunani di Marathon dan akhirnya runtuh di bawah Alexander Agung. Alexander menyebarkan budaya Yunani melalui kebijakan Hellenisasi, melahirkan peradaban Helenistik yang memadukan unsur Yunani, Persia, dan Mesir. Setelah ia meninggal di Babilonia pada 323 SM, wilayah kekuasaannya terpecah menjadi empat dinasti besar.
Masyarakat Mesopotamia terbagi dalam beberapa lapisan:
Agama sangat penting dalam kehidupan Mesopotamia. Mereka menganut politeisme, mempercayai kehidupan setelah mati, serta menganggap pemimpin sebagai perwujudan dewa. Setiap kota memiliki dewa pelindung, misalnya Anu di Uruk, Sin di Ur, Marduk di Babilon, dan Ashur di Asyur.
Pusat pemujaan dewa berbentuk ziggurat yang dibangun tinggi agar dianggap lebih dekat dengan langit. Upacara keagamaan meliputi doa, sesaji, dan ritual tahunan, salah satunya perayaan tahun baru Akitu di Babilon yang memperingati kemenangan Dewa Marduk atas dewi kekacauan Tiamat.
Walaupun telah runtuh, warisan Mesopotamia masih kita rasakan: