Selasa, 21 Jan 2025
  • Selamat Datang di Website Resmi SMAN 13 Semarang

STAD CIPTAKAN MOTIVASI  KONSTRUKTIF  BELAJAR SOSIOLOGI

Oleh : Rini Yuniatuti, S.Pd, M.M.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dan menengah, proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 seharusnya menyelenggarakan pembelajaran yang aktif sehingga guru dituntut untuk kreatif, baik dalam penggunaan media maupun metode pembelajaran. Realitanya banyak sekali kendala yang ditemui pada saat proses pelaksanakan pembelajaran salah satunya guru jarang menggunakan metode pembelajaran.

Mata pelajaran Sosiologi yang berupa materi teoritik sering kali dianggap menjadi penyebab kebosanan, karena metode pembelajaran yang digunakan hanya seputar pada metode konvensional seperti Ceramah dan Tanya jawab, sehingga peserta didik tidak begitu tertarik terhadap mata pelajaran Sosiologi. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat mempunyai dampak yang sangat luar biasa bagi perolehan hasil belajar. Bagaimanakah menciptakan motivasi belajar untuk mengatasi kebosanan tersebut?. Salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran saat ini sangat beragam, salah satunya adalah Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

Metode STAD memungkinkan peserta didik tidak hanya sekedar mengingat maupun menghafal, tetapi juga aktif berinteraksi dengan peserta didik lain sehingga proses belajar di dalam kelas akan lebih jelas terlihat terjadinya perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, daya respon dan reaksinya dalam sebuah kelompok belajar. STAD dilakukan dengan membagi kelas menjadi 6 kelompok heterogen, berdasarkan kemampun akademik secara proporsional. Setiap kelompok terdapat peserta didik yang ahli dengan tujuan mampu mengkoordinir dan menjelaskan materi di dalam kelompoknya. Selain proses diskusi, juga dilakukan kuis secara mandiri terkait materi pada masing-masing peserta didik secara acak.

Lebih jalasnya berikut langkah-langkah pembelajaran metode STAD : 1) Memberikan pretes yang berbentuk pretes atau ujian aktual tentang unit-unit sebelumnya. 2) Mengurutkan nilai pretes dari yang teratas hingga terbawah. 3) Membagi peserta didik yang terdiri dari empat orang yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah. 4) Menyajikan konten materi. 5) Membagi lembar kerja. 6) Memeriksa kelompok-kelompok untuk kemajuan pembelajaran. 7) Mengelola kuis untuk setiap peserta didik. 8) Memberikan skor kelompok berdasarkan pada skor yang diperoleh secara perseorangan .

Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu peserta didik agar saling mendorong, dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Motivasi peserta didik dapat juga dibangun melalui pemberian reward, dimana mereka harus membantu teman sekelompok dalam mempelajari pelajaran, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para peserta didik diberi waktu untuk bekerja sama tetapi tidak saling membantu ketika harus menjawab kuis, sehingga setiap peserta didik harus menguasai materi karena merupakan tanggung jawab perseorangan.

Para peserta didik boleh bekerja berpasangan dan bertukarjawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan saling membantu, mendiskusikan pendekatan untuk memecahkan masalah, atau memberikan pertanyaan tentang isi dari materi yang mereka pelajari. Mereka mengajari teman sekelompok dan menaksir kelebihan serta kekurangan untuk membantu agar berhasil menjalani tes. Skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang diperoleh peserta didik atas nilai sebelumnya, siapapun dapat menjadi “bintang” kelompok dalam satu minggunya, karena nilainya lebih baik dari sebelumnya atau karena makalahnya dianggap sempurna, sehingga selalu menghasilkan nilai yang maksimal tanpa mempertimbangkan nilai rata-rata peserta didik sebelumnya.

Indikator keberhasilan metode ini dapat dilihat melalui hasil setelah proses pembelajaran, yaitu apabila hasil belajar peserta didik meningkat daripada sebelumnya dan minimal 80 persen peserta didik mencapai ketuntasan belajar baik aspek kognitif maupun keterampilan. Keterampilan seorang pendidik dalam memilih media maupun metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap berhasilnya proses pembelajaran. Bukan tidak mungkin mata pelajaran Sosiologi yang teoritik, membuat bosan dan jenuh, akan menjadi pelajaran yang tidak disukai tetapi justru menjadi palajaran yang menyenangkan, karena guru terampil dalam menyajikan dengan metode pembelajaran yang menyenangkan.

Tentu saja metode STAD ini bukan merupakan satu-satunya metode yang tepat dalam pembelajaran Sosiologi, sehingga alangkah lebih bagusnya apabila para pengajar dapat berinovasi untuk menciptakan atau mengembangkan metode-metode pembelajaran baru terutama untuk mata pelajaran yang sifatnya teoritik sehingga paling tidak kebosanan dalam belajar dapat diminimalisir.

penulis
Tim IT

Tulisan Lainnya

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH
Oleh : Rahmad Ardiansyah

IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

0 Komentar

KELUAR