Oleh : Widodo, S.Pd., M.Pd.
Pertanyaan ini mungkin menjadi refleksi yang penting dalam menjalani profesi sebagai seorang pendidik di tengah-tengah arus perubahan zaman yang semakin cepat. Revolusi industri 4.0 dan era Society 5.0 membawa tantangan baru bagi para guru, yang harus mampu beradaptasi dengan ciri-ciri khas dari kedua era tersebut.
Guru di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0
Revolusi industri 4.0 ditandai dengan adopsi teknologi seperti kecerdasan buatan, big data, dan internet of things. Guru sekarang dihadapkan pada tuntutan untuk menguasai teknologi ini agar dapat memberikan pembelajaran yang relevan dan inovatif. Selain itu, era society 5.0 menekankan peran manusia dalam mengelola teknologi untuk kebaikan sosial. Guru perlu mengembangkan keterampilan kolaborasi, pemecahan masalah, dan kreativitas agar dapat membimbing siswa dalam menghadapi tantangan masa depan.
Pentingnya Soft Skill
Selain itu, era Society 5.0 menekankan pada integrasi teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Guru harus tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga membimbing siswa untuk menjadi individu yang berempati, kreatif, dan mampu berkolaborasi. Era ini menuntut guru untuk lebih fokus pada pengembangan soft skill siswa, seperti keterampilan interpersonal, kepemimpinan, dan kemampuan beradaptasi.
Menurut riset dari Harvard dan Universitas Indonesia, 85% kesuksesan seseorang ditentukan oleh soft skill, bukan hard skill. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi generasi sekarang, termasuk para guru, untuk mengembangkan soft skill mereka. Soft skill tidak hanya memengaruhi kinerja individu dalam pekerjaan, tetapi juga hubungan interpersonal dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Mencipta Individu yang Lengkap
Kodrat zaman tidak hanya mengenai mencari pekerjaan atau profesi, tetapi juga tentang integritas, kepribadian, dan kecerdasan sosial kita. Sebagai guru, tugas kita bukan hanya menciptakan “robot pekerja” yang hanya memiliki pengetahuan akademik, tetapi juga individu yang memiliki nilai-nilai etika, empati, dan kemampuan bergaul dengan orang lain. Kita harus mengajarkan siswa untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab, peduli terhadap lingkungan, dan memiliki tujuan hidup yang lebih besar daripada sekadar mencari uang.
Namun, dalam menjalankan peran sebagai guru, kita menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah ketidaknyamanan siswa dalam belajar di sekolah. Hal ini bisa disebabkan oleh metode pembelajaran yang monoton atau kurang interaktif. Selain itu, ada juga masalah sikap siswa yang lemah meskipun memiliki skor nilai yang tinggi, kurangnya kepedulian terhadap lingkungan, dan orientasi siswa yang lebih fokus pada pencapaian finansial daripada pengembangan diri secara menyeluruh.
Di sisi lain, pekerjaan guru juga semakin kompleks dengan tugas administratif yang banyak dan memakan waktu. Mulai dari mengisi aplikasi e-kinerja, mengikuti seminar, menyusun modul, hingga menyusun laporan, guru seringkali kehabisan waktu untuk fokus pada pembelajaran dan pendampingan siswa. Waktu yang dihabiskan untuk tugas administratif mengurangi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan siswa dan mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif. Hal ini dapat menghambat keberhasilan kita sebagai guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas.
Dalam konteks ini, berhasilkah kita sebagai guru? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan yang kompleks. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi, namun masih banyak guru yang berhasil membawa perubahan positif dalam kehidupan siswa mereka. Artinya, keberhasilan seorang guru tidak hanya dapat diukur dari segi akademik semata, tetapi juga dari dampaknya dalam membentuk karakter, nilai-nilai, dan kesiapan siswa menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Untuk mengatasi tantangan ini, penting bagi kita sebagai guru untuk terus mengembangkan diri, mengikuti perkembangan terkini dalam pendidikan, dan mencari solusi yang inovatif. Kolaborasi antar guru, partisipasi dalam seminar dan pelatihan, serta pemanfaatan teknologi dalam tugas administratif dapat membantu mengoptimalkan peran kita sebagai pendidik.
Dalam kesimpulannya, menjadi guru yang berhasil tidak hanya berdasarkan pada keberhasilan akademik siswa, tetapi juga pada perkembangan soft skill, integritas, dan kecerdasan sosial mereka. Meskipun kita menghadapi berbagai tantangan di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, dengan komitmen dan inovasi dalam pendidikan, kita dapat menciptakan generasi muda yang tangguh, berkualitas, dan siap menghadapi masa depan yang penuh dengan perubahan dan tantangan.
Referensi:
Harvard GraduateSchool of Education. (2017). Soft Skills and Technical Skills: What Employers Value Most. Diakses dari: https://www.gse.harvard.edu/news/uk/17/11/soft-skills-and-technical-skills-what-employers-value-most
Wibowo, A. (2020). The Importance of Soft Skills to Enhance Employability: A Study of Fresh Graduates in Indonesia. Jurnal Humaniora, 9(2), 201-211.
*Penulis: Widodo
Guru SMAN 13 Semarang, berkesempatan menjadi Pengajar Praktik PGP angkatan 4, fasilitator PGP angkatan 8, saat ini bertugas dalam program Praktisi Mengajar Kemendikbud 2024.